ME..
Fiuhh..
Langit pagi ini membuatku nyaman mengayuh sepedaku sejak sepuluh
menit yang lalu, entah karena biru nya atau putih awannya yang menarik
perhatianku,aku semakin fokus menikmatinya sembari memperhatikan alur jalan
sepedaku.
Rute yang kulewati setiap hari memang begini, beberapa petak
sawah menyegarkan mataku dengan hijau segar mereka juga padi yang sudah siap
dipanen, kemudian ada beberapa rumah setelahnya,meski tidak seindah
pemandanganku sebelumnya, tetap tak mengurangi kekagumanku pada suasana
pagi,setiap hari. Barisan pohon mulai menyambut laju rodaku, aku menatap mereka
dengan tersenyum seraya berterimakasih. Tak pernah bosan mengijinkanku
menghirup segarnya udara yang mereka ciptakan sepertiku juga ta pernah jengah
memandangi rindangnya mereka ditepi jalan. Aku masih dalam rutinitasku
mensyukuri pagi.
“Kalo naik sepeda, mata ke depan. disamping ga ada uang terbang”
Suara seseorang yang aku yakin laki-laki itu membuyarkan
lamunanku. Tega sekali dia,seenaknya saja mengganggu acara pagiku. Kutoleh ke
samping dan,
“…...”,
aku diam,lupa baru saja aku setersinggung apa.
“Kenapa?
Kaget?”, tanyanya kemudian membalas pandanganku.
Seketika aku terperanjat, sadar aku sedang menyetir sepeda
dan berusaha kembali fokus pada jalanku. Siapa orang ini? Apa aku pernah kenal
dengannya? Mengapa ia berbicara begitu padaku? Aku harus memastikannya, kataku
dalam hati.
Hahaha.. aku terbahak mentertawakan diriku sendiri, bahkan
menengok penuh kearahnya saja aku tak percaya diri, aku hanya mulai melihat ke
pergelangan tangannya yang terang,bahkan kulitnya lebih terang dari kulitku.
Aku jadi sedikit malu. Pandanganku naik sebentar,pemandangan seru terjadi
disini, lengan tangan kirinya kencang,kokoh seperti orang yang rajin sekali
berolahraga. Baiklah,aku tak boleh lebih lama memendam penasaran, kukebutkan
mataku kea rah sasaran. Dan,
“hey!
Kenapa? Ada tompel dimukaku,ha?”
Aku berhenti kagum seketika,berubah ilfeel membayangkan
kalau benar ada tompel diwajahnya yang bersih itu.
“Eh,
jangan GR ya.. aku hanya sedang mengingat apa aku pernah kenal kamu?”
Dia tertawa kecil, membuatku nyaman.
“Memangnya
kita pernah bertemu dimana? Aku baru melihatmu kemarin,dan hari ini aku
melihatmu lagi, apa salah jika aku menyapamu?”
“Hih!”,
aku sebal. Kemudian kubuang mukaku,oops sory..merah pipiku.
Aku masih diam, kupilih untuk seolah tak ada dia di samping
kananku. Aku memang tidak suka mendengarkan musik sambil naik sepeda,
kenikmatan yang diberikan alam terlalu sayang untuk dimadu dengan alunan musik apapun itu, aku lebih suka mendengar suara burung terbang mengganggu bu
tani,membuat beliau kerepotan mengusir agar padi mereka tak habis dilahap si
musuh bebuyutan,suara daun yang terbang tertiup angin,juga suara anak anak yang
riuh setiap aku melewati rumah-rumah penduduk. Aku selalu bisa menguasai alam
pikiranku sendiri.
“kamu
mau kemana?”, laki-laki itu bertanya,
Aku lupa,bahkan dengan sangat berhasil aku melupakan
kehadirannya. Kini suaranya memaksaku mengingat lagi. Kuputuskan untuk tidak
menjawab.
“Aku
mau belok kanan, ada pasar malam tahunan disana..”
Aku tetap tak menjawab, hanya memandang ia berbicara sekilas
dan tak memikirkan kalimatnya lebih jauh.
“Mau
ngapain sepagi ini ke pasar malam,ngepel alun-alun lhaiya!”, kataku dalam
hati,masih sebal.
“Yakin
ga mau ikut?”, dia bertanya lagi.
Kutolehkan kepalaku penuh menghadapnya, menangkap bola
matanya, tersenyum kecut dan menggeleng dengan tegas. Kemudian kubuang lagi
pandanganku ke depan.
Kulihat ia mengambil arah belok kanan,kukayuh terus
sepedaku. Aku merasa bersalah tak menerima dengan baik niat nya berteman
denganku,tapi aku terlalu sebal karena ia sudah mengganggu pagiku,banyak
membuyarkan fikiranku.. aku memilih untuk mengubur rasa bersalah itu dan
kembali membawa sepedaku melewati jalan menurun.
“Wohoo..!”
Aku sedikit berteriak melewati jalan setapak menurun yang
membawaku ke sungai kecil di desa ini, anginnya lebih kencang membuat rambutku
tertiup ke belakang,tangan kulepaskan dari stang untuk merasakan sepoynya
menembus badanku.. aku semakin senang melewatkan rutinitas pagiku.
“Ga
usah sok kaya model video klip,deh”
Astaga! Suara itu lagi,aku memilih menghentikan sepedaku.
Aku melihatnya melewatiku karena ia tak tahu aku akan berhenti mendadak begini,
biar saja.
Dia memutar arah,kembali ke belakang menujuku.
Aku marah, “Mas,arah ke pasar malem nya kesono,noh!” aku
menunjukkan jari telunjukku kearah dimna ia membelokkan sepedanya tadi.
“Lah
emang iya, cuman aku lupa itu kan pasar malem..aku ngapain kesana pagi
pagi,ya?”
“Lahiya
mana kutahu??”, nadaku mulai tinggi.
“Kamu
mau kemana sih?”, dia bertanya lagi
Aku diam,memandangnya tajam,menunjukkan kekesalanku.
“Lih,
jangan terharu gitu dong..aku Cuma nanya..”
Sedetik kemudian aku merasakan pipiku panas,aku sebal
sekali.
“kalo
aku jawab,kamu pergi ya..”, bujukku
“Gak..”
“Lahsiiih…
Kamu kan bisa kemana aja,ga ikutin aku..”
“Aku ga
ikutin kamu, aku ikutin jalan ini kok..”
Orang ini sungguh… aku melengos,menyerah..
Aku menuntun sepedaku, rasanya hilang sudah perasaan pagi
hari ku.. aku tak peduli lagi orang ini mau mengikutiku atau pergi,aku hanya
ingin cepat sampai di hulu sungai. Sesekali kutengok ke belakang, orang itu
masih diam memandangi sepedanya sambil berjongkok, seperti ada yang rusak. Aku
berusaha mengacuhkannya karena memang aku ingin. Tak seberapa jauh aku menoleh
kembali,dan dia sudah tidak ada. Oh,syukurlah.. kataku dalam hati.
Sampailah aku di hulu sungai, tempat favoritku setiap aku
sempat. Aku suka sekali disini menghabiskan pagi, menghayati apa yang akan
kulalui hari ini, tapi..
“Hey!
Kamu,ngapain disitu? Sinih..”
Astaga naga! Lelaki ini malah sudah mendahuluiku sampai,
haish!
Aku terpaksa menuju kearahnya,
“Sebenernya kamu ini siapa?”
aku mulai menyerah saja dengan emosiku. Aku lelah marah
tanpa dia merasa bersalah sudah merusak suasana pagiku.
“Aku
Gusti..”, jawabnya dengan menampakkan lagi senyum nya yang sempat membuatku
nyaman tadi.
“Me..”